DUNIA hiburan Tanah Air memang tak pernah kering dari sensasi. Setelah video Keong Racun ala Sinta-Jojo meledak, kini giliran lagu kocak berjudul Udin Majenun (Lagu Tentang Sebuah Nama) atau dikenal juga dengan judul Udin Sedunia yang menyedot perhatian masyarakat Indonesia.
Sang penyanyi, Sualudin (26), mengaku tak pernah berniat memublikasikan karyanya itu. Pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini bernyanyi untuk kesenangan belaka. Namun, salah satu temannya mengusulkan agar lagu berlirik nyeleneh itu diunggah ke YouTube.
Dalam waktu tak terlalu lama, lagu berlirik jenaka tersebut menjadi topik pembicaraan hangat di dunia maya. Kini, Sualudin malah sudah merambah ke dunia televisi lewat aksi kocaknya di video tersebut.
"Suwer, enggak nyangka banget bisa sampai ke Jakarta. Videonya ditonton orang banyak," ucap Udin, panggilan Sualudin, seperti ditayangkan infotainment Hot Shot (SCTV), Minggu (6/3). Belakangan, Udin mulai tampil di beberapa stasiun televisi, termasuk dalam acara Inbox, juga di SCTV.
Dari bukan siapa-siapa, Udin kini populer. Bahkan ada yang menyebutnya dengan nama Udin Lombok, karena ia memang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pemuda yang terlihat begitu ekspresif itu mengaku ingin terus menghibur masyarakat pencinta musik di Tanah Air. "Senang ya bisa menghibur banyak orang. Tapi... ya... ada senang ada enggaknya juga sih kayak gini," ujar Udin sembari tersenyum.
Lirik lagu Udin Sedunia sendiri berisi nama panggilan Udin di seluruh dunia yang dianggap 'kampungan'. Di situ ia memelesetkan nama-nama yang mengandung unsur 'Udin'. Hal lain yang membuat lagu ini menjadi hits, karena Udin atau Sualudin menyanyikannya dengan kocak. Ditambah lagi, wajah Udin yang sekilas mirip aktor Diding "Boneng" membuat orang tertawa saat melihatnya.
Lagu ini dibuat dalam dua versi. Pertama kali diunggah ke YouTube, liriknya berbahasa Indonesia. Setelah mendapat respons bagus, lagu ini dibuat ke dalam versi bahasa Sasak, Lombok. Videoklipnya pun jauh lebih bagus ketimbang yang pertama kali diunduh ke YouTube.
Sualudin adalah mahasiswa semester 6 STKIP Hamzanwadi di Pancor, Lombok Timur. Ia asli kelahiran Montong Gamang, Lombok Tengah.
Udin mengaku membuat lagu Udin Sedunia hanya untuk menghibur dan bukan untuk mengolok-olok nama orang.
Ia sendiri mengaku memiliki saudara dan keluarga yang memakai nama Udin. Adiknya bernama Awaludin dan kakak iparnya Ahirudin. "Orang yang bernama Tahirudin pun minta dicantumkan dalam lagu itu," katanya sewaktu dihubungi di Hotel Grand Papandayan, Bandung, Sabtu (5/3), seperti dilansir Lomboknews.com. Selama dua hari kemarin Udin tampil di Inbox.
Udin sehari-hari banyak berada di Taman Kota Selong yang berdekatan dengan Masjid Agung Al-Mujahidin, Lombok Timur. Di taman ini banyak orang berjualan. Di sanalah ia sering mengamen
SENIMAN Nusa Tenggara Barat Musbiawan menilai lagu Udin Sedunia yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Sualudin (26) bermasalah karena membuat orang lain tersinggung karena namanya dijadikan lirik lagu baik versi bahasa Sasak maupun Indonesia.
"Kalau kita perhatikan lirik lagu tersebut akan menimbulkan ketersinggungan orang lain, seperti pada lirik yang suka ke WC namanya Tahiruddin dan yang agak stres namanya Sarafudin," katanya di Mataram, Jumat (11/3), ketika dimintai tanggapannya terkait protes sebagian warga Lombok terhadap lagu Udin Sedunia itu.
Ia mengatakan, pada dasarnya setiap karya seni lahir sebagai ekspresi manusia yang bebas namun harus selalu berlandaskan nilai estetika yang membaur dalam harmoni, fokus, keseimbangan dan totalitas.
"Menyimak lagu Udin Sedunia baik versi bahasa Indonesia maupun Sasak (Lombok) kita terpukau oleh kecerdasan dan kreativitas pencipta dalam mengolah atau memainkan kata-kata. Itu hak dan domain seniman," katanya.
Ia mengatakan, lirik lagu tersebut untuk sebuah hiburan cukup berhasil, namun ternyata menimbulkan rasa kurang nyaman bagi orang lain.
"Lagu itu terkesan norak dalam arti berlebihan, tidak serasi, dan ada kesan negatif lainnya. Misalnya ada nama Sarafudin dan Sapiudin, serta Tahirudin pada lagu versi Sasak (Lombok)," katanya.
Menurut dia, kreativitas seniman seyogyanya dibarengi dengan kecerdasan dalam mempertimbangkan lingkungan dan kearifan lokal. Apalagi ada tradisi pada beberapa suku yang menganggap nama adalah sebuah kesucian dan terkadang diresmikan dalam sebuah ritual atau upacara.
"Sebagai produk kreativitas seni mungkin layak diberi apresiasi, namun sebagai karya seni pencerahan, lagu itu layak juga ditolak," katanya.
Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB Sukri Aruman mengatakan, sehubungan dengan kian tenarnya lagu Udin Sedunia karya pemuda asal Lombok itu pihaknya menerima sejumlah pengaduan, karena lirik lagi tersebut terkesan memperolok dan melecehkan orang lain.
Menyikapi pengaduan masyarakat tersebut, KPID bersama Majelis Ulama Indoesia (MUI), budayawan/seniman Lombok dan Sumbawa serta akademisi melakukan kajian untuk memastikan bahwa apakah penyiaran lagu tersebut baik oleh radio maupun televisi melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) atau tidak.
Sang penyanyi, Sualudin (26), mengaku tak pernah berniat memublikasikan karyanya itu. Pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini bernyanyi untuk kesenangan belaka. Namun, salah satu temannya mengusulkan agar lagu berlirik nyeleneh itu diunggah ke YouTube.
Dalam waktu tak terlalu lama, lagu berlirik jenaka tersebut menjadi topik pembicaraan hangat di dunia maya. Kini, Sualudin malah sudah merambah ke dunia televisi lewat aksi kocaknya di video tersebut.
"Suwer, enggak nyangka banget bisa sampai ke Jakarta. Videonya ditonton orang banyak," ucap Udin, panggilan Sualudin, seperti ditayangkan infotainment Hot Shot (SCTV), Minggu (6/3). Belakangan, Udin mulai tampil di beberapa stasiun televisi, termasuk dalam acara Inbox, juga di SCTV.
Dari bukan siapa-siapa, Udin kini populer. Bahkan ada yang menyebutnya dengan nama Udin Lombok, karena ia memang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pemuda yang terlihat begitu ekspresif itu mengaku ingin terus menghibur masyarakat pencinta musik di Tanah Air. "Senang ya bisa menghibur banyak orang. Tapi... ya... ada senang ada enggaknya juga sih kayak gini," ujar Udin sembari tersenyum.
Lirik lagu Udin Sedunia sendiri berisi nama panggilan Udin di seluruh dunia yang dianggap 'kampungan'. Di situ ia memelesetkan nama-nama yang mengandung unsur 'Udin'. Hal lain yang membuat lagu ini menjadi hits, karena Udin atau Sualudin menyanyikannya dengan kocak. Ditambah lagi, wajah Udin yang sekilas mirip aktor Diding "Boneng" membuat orang tertawa saat melihatnya.
Lagu ini dibuat dalam dua versi. Pertama kali diunggah ke YouTube, liriknya berbahasa Indonesia. Setelah mendapat respons bagus, lagu ini dibuat ke dalam versi bahasa Sasak, Lombok. Videoklipnya pun jauh lebih bagus ketimbang yang pertama kali diunduh ke YouTube.
Sualudin adalah mahasiswa semester 6 STKIP Hamzanwadi di Pancor, Lombok Timur. Ia asli kelahiran Montong Gamang, Lombok Tengah.
Udin mengaku membuat lagu Udin Sedunia hanya untuk menghibur dan bukan untuk mengolok-olok nama orang.
Ia sendiri mengaku memiliki saudara dan keluarga yang memakai nama Udin. Adiknya bernama Awaludin dan kakak iparnya Ahirudin. "Orang yang bernama Tahirudin pun minta dicantumkan dalam lagu itu," katanya sewaktu dihubungi di Hotel Grand Papandayan, Bandung, Sabtu (5/3), seperti dilansir Lomboknews.com. Selama dua hari kemarin Udin tampil di Inbox.
Udin sehari-hari banyak berada di Taman Kota Selong yang berdekatan dengan Masjid Agung Al-Mujahidin, Lombok Timur. Di taman ini banyak orang berjualan. Di sanalah ia sering mengamen
SENIMAN Nusa Tenggara Barat Musbiawan menilai lagu Udin Sedunia yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Sualudin (26) bermasalah karena membuat orang lain tersinggung karena namanya dijadikan lirik lagu baik versi bahasa Sasak maupun Indonesia.
"Kalau kita perhatikan lirik lagu tersebut akan menimbulkan ketersinggungan orang lain, seperti pada lirik yang suka ke WC namanya Tahiruddin dan yang agak stres namanya Sarafudin," katanya di Mataram, Jumat (11/3), ketika dimintai tanggapannya terkait protes sebagian warga Lombok terhadap lagu Udin Sedunia itu.
Ia mengatakan, pada dasarnya setiap karya seni lahir sebagai ekspresi manusia yang bebas namun harus selalu berlandaskan nilai estetika yang membaur dalam harmoni, fokus, keseimbangan dan totalitas.
"Menyimak lagu Udin Sedunia baik versi bahasa Indonesia maupun Sasak (Lombok) kita terpukau oleh kecerdasan dan kreativitas pencipta dalam mengolah atau memainkan kata-kata. Itu hak dan domain seniman," katanya.
Ia mengatakan, lirik lagu tersebut untuk sebuah hiburan cukup berhasil, namun ternyata menimbulkan rasa kurang nyaman bagi orang lain.
"Lagu itu terkesan norak dalam arti berlebihan, tidak serasi, dan ada kesan negatif lainnya. Misalnya ada nama Sarafudin dan Sapiudin, serta Tahirudin pada lagu versi Sasak (Lombok)," katanya.
Menurut dia, kreativitas seniman seyogyanya dibarengi dengan kecerdasan dalam mempertimbangkan lingkungan dan kearifan lokal. Apalagi ada tradisi pada beberapa suku yang menganggap nama adalah sebuah kesucian dan terkadang diresmikan dalam sebuah ritual atau upacara.
"Sebagai produk kreativitas seni mungkin layak diberi apresiasi, namun sebagai karya seni pencerahan, lagu itu layak juga ditolak," katanya.
Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB Sukri Aruman mengatakan, sehubungan dengan kian tenarnya lagu Udin Sedunia karya pemuda asal Lombok itu pihaknya menerima sejumlah pengaduan, karena lirik lagi tersebut terkesan memperolok dan melecehkan orang lain.
Menyikapi pengaduan masyarakat tersebut, KPID bersama Majelis Ulama Indoesia (MUI), budayawan/seniman Lombok dan Sumbawa serta akademisi melakukan kajian untuk memastikan bahwa apakah penyiaran lagu tersebut baik oleh radio maupun televisi melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar